Sabtu, 19 Februari 2011

Anak Tuna Rungu

BAB I
PENDAHULUAN


a.      Latar Belakang
Tuna rungu adalah istilah yang menunjuk pada kondisi ketidakfungsian organ pendengaran atau telinga seorang anak. Kondisi ini menyebabkan mereka mengalami hambatan atau keterbatasan dalam merespon bunyi-bunyi yang ada di sekitarnya. Tunarungu terdiri atas beberapa tingkatan kemampuan mendengar, yaitu ada yang khusus dan umum
Pada anak yang menderita tunarungu dimana menunjukkan suatu kondisi ketidakfungsian organ pendengaran atau telinga seorang anak. Kondisi ini menyebabkan mereka memiliki karakteristik yang khas, berbeda dengan anak normal pada umumnya.
Bagi anak tunarungu, kita bisa memberikan suatu Layanan pendidikan yang spesifik yaitu terletak pada pengembangan persepsi bunyi dan komunikasi. Hallahan dan Kaufman, (1988) menyatakan bahwa ada tiga pendekatan umum dalam mengajarkan komunikasi anak tunarungu, yaitu :
Ø  Auditory training
Ø  Speechreading
Ø  Sing language and finggerspelling
Selain layaan pendidikan bagi anak tunarungu seperti yang telah dijelaskan diatas, kita pun mampu memberikan Fasilitas anak tunarungu dalam pendidikan secara umum, dimana hal ini relatif sama dengan anak normal, seperti papan tulis, buku, buku pelajaran,alat tulis, sarana bermain dan olahraga. Oleh karena anak tnarngu mempunyai hambatan dalam mendengar dan berbicara, maka mereka memerlukan alat bantu khusus,
b.      Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah :
a.       Mengetahui gejala gangguan pendengaran dan cara mendeteksinya pada anak usia dini
b.      Mengetahui bagaimana cara mengatasi dan mencegah gangguan pendengaran pada anak
c.       Mengetahui bagaimana  klasifikasi, karakteristik dan  layanan anak  tunarungu


BAB III
PEMBAHASAN

A.            Mengenali Gejala Gangguan Pendengaran Pada Usia Dini
Menurut Yosita, sejak berada dalam  kandungan, bayi sudah dapat mendengar. Terlihat pada pemeriksaan USG, saat bayi bergerak-gerak merespon gelombang suara yang dihasilkan USG. Setelah lahir, bayi sudah mampu  mendengar suara-suara di sekitarnya. Buktinya adalah ketika  mendengar suara berisik, ia pun terbangun. Hanya karena perkembangan otak dan motoriknya belum sempurna, reaksi yang timbul sebatas tangisan atau membuka mata. Seiring dengan bertambahnya usia, respon yang diberikan  makin beragam,misalnya menoleh, mendekat ke arah suara dan sebagainya.
            Selama perkembangan ini, anak  tidak cuma mampu mendengar, tetapi juga merekam jenis-jenis bunyi ke dalam otaknya. Tak heran menginjak usia 8 bulan, ia sudah  bisa mengenal suara ibu, ayah, atau  pengasuhnya. Rekaman ini suatu saat akan di-recall pada waktu si kecil belajar bicara.
B.            Cara Mendeteksi Ganguan Pendengaran Usia Dini
Cara mendeteksi gangguan  pendengaran dengan mudah, Secara sederhana :
1.                  Dapat dilakukan melalui permainan bunyi seperti tepuk tangan, batuk, menabuh     kaleng, dan sebagainya. Bayi normal akan  memberi respon terhadap bunyi. Bisa       dengan  mengedipkan  mata, mimik wajahnya berubah, berhenti  mengisap ASI          atau     botol susu, terkejut serta bereaksi dengan mengangkat kaki dan tangan
2.                  Pada bayi yang lebih besar, kerap kali merespon  dengan menolehkan kepala           pada    sumber bunyi. Minimal, ia mencari sumber bunyi tersebut dengan    gerakan mata. Jika      si kecil tak bereaksi, sebaiknya orang tua segera membawanya ke dokter.
Berikut adalah  beberapa dari  tanda-tanda gangguan pendengaran  pada bayi :
·                     Jika bayi tidak merespon  terhadap suara pada saat ia atau dia adalah 3 sampai 4    bulan   tua
·                     Jika bayi tidak mengatakan kata-kata pendek seperti papa atau  mama saa sudah    usia      satu tahun
·                     Bayi tidak menanggapi suara Anda
·                     Bayi tidak meniru suara apa pun yang Anda buat
·                     Bayi tidak merespon musik atau cerita
            Kadang-kadang, anak-anak dapat mengembangkan gangguan pendengaran ketika mereka mendapatkan sedikit lebih tua karena membangun lilin telinga, infeksi atau cedera. Maka Anda harus mencari tanda-tanda lain gangguan pendengaran seperti berikut:
·                     Anak tidak mendengar televisi pada volume yang sangat keras
·                     Anak tidak merespons ketika Anda memanggil namanya
·                     Anak menderita masalah pidato
·                     Si anak menunjukkan masalah belajar
·                     Anak mengeluh kepada Anda tentang penderitaan dari earaches
C.            Gangguan Pendengaran Pada Bayi Dan Anak
 Gangguan telinga luar dan telinga tengah dapat menyebabkan gangguan pendengaran tipe KONDUKTIF (Conductive Hearing Loss) dimana terdapat hambatan hantaran  gelombang suara karena  kelainan atau  penyakit pada telinga luar dan tengah, sedangkan gangguan telinga dalam dapat menyebabkan  gangguan  pendengaran  tipe SENSORI NEURAL (Sensori Neural Hearing Loss). Jika terdapat kelainan atau penyakit tipe konduksi disertai sensorineural maka kelainan tersebut termasuk tipe CAMPURAN (Mixed Hearing loss).Penyebab gangguan pendengaran pada anak biasanya dibedakan menjadi 3 berdasarkan saat terjadinya gangguan pendengaran yaitu :
1.             Pada saat  kehamilan atau dalam  kandungan (PRENATAL)
          Yang berkaitan dengan keturunan (genetik). Yang tidak berkaitan dengan keturunan seperti Infeksi pada kehamilan terutama pada awal kehamilan/trimester pertama (Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes, Sifilis), kekurangan zat gizi, kelainan struktur anatomi serta pengaruh obat-obatan yang dikonsumsi selama kehamilan yang berpotensi menggangu proses pembentukan organ dan merusak sel-sel rambut dirumah siput seperti salisilat,kina, neomycin, streptomisin, gentamisin,thalidomide barbiturate dll
2.  Pada saat  Kelahiran atau Persalinan (PERINATAL)
          Beberapa keadaan yang dialami bayi pada saat lahir juga merupakan faktor resiko untuk terjadinya gangguan pendengaran seperti tindakan  dengan alat  pada saat proses kelahiran (ekstraksi vakum,tang forsep), bayi lahir premature (< 37 mgg),berat badan lahir rendah (< 2500 gr), lahir tidak menangis (asfiksia), lahir kuning (hiperbilirubinemia).Biasanya jenis gangguan pendengaran yang terjadi akibat faktor prenatal dan perinatal ini adalah tipe saraf / sensori neural dengan derajat yang umumnya berat atau sangat berat dan sering terjadi  pada kedua telinga.
3.  Pada saat setelah  Persalinan (POSTNATAL)
          Pada saat  pertumbuhan seorang bayi dapat terkena infeksi bakteri maupun virus seperti Rubella (campak german), Morbili (campak), Parotitis, meningitis (radang selaput otak), otitis media (radang telinga tengah) dan Trauma kepala. Bayi yang mempunyai  faktor resiko diatas mempunyai kecenderungan menderita gangguan pendengaran  lebih besar dibandingkan bayi yang  tidak mempunyai faktor  resiko tersebut.Seorang anak harus  diperiksa fungsi pendengarannya segera setelah dicurigai terdapat faktor-faktor resiko diatas  atau  anak tidak bereaksi terhadap bunyi-bunyian disekitarnya (tepukan  tangan, suara mainan, terompet, sendok yang dipukulkan  ke gelas/piring dll) dan terdapat keterlambatan perkembangan  bicara dan bahasa.
D.            Cara Mencegah dan Mengatasi
Orang tua sering terlambat dalam mengenali gangguan pendengaran seorang anaknya. Padahal gangguan pendengaran sering terjadi pada saat anak pra sekolah. Sebenarnya gangguan pendengaran sendiri dapat diwaspadai dengan melakukan skrining. Skrining bertujuan menemukan kasus gangguan pendengaran sedini mungkin. Dengan demikian seorang yang melakukan skrinning pada saat bayi baru lahir, pra sekolah dan saat anak sedang bersekolah, diharapkan seorang anak yang mengalami cacat dengar dapat dibatasi akibatnya. Maksudnya seorang anak yang mengalami gangguan pendengaran dapat dicarikan jalan yang terbaik baik itu pendidikan dan perkembangan anak tersebut.
Sayangnya, tindakan rehabilitasi atau habilitasi pada anak yang mengalami gangguan pendengaran masih mahal dan belum merata, artinya belum bisa menjangkau pada anak-anak di daerah yang terpencil dan terisolasi. Meski demikian, ada beberapa sederhana untuk melakukan skrinning yang tepat. Diantaranya adalah melakukan respons audiotrik misalnya bertepuk tangan, membunyikan lonceng dan mainan.
Sedangkan cara jika ingin memperoleh hasil yang tepat ketika mendiagnosa kelainan gangguan pendengaran pada seorang anak, maka bisa menggunakan :
1.     Pemeriksaan  Sejak Usia 2 Hari

     Pada pemeriksaan lebih lanjut, biasanya anak akan menjalani pemeriksaan audiometri sesuai umur, diantaranya tes OAE (Oto Acoustic Emission) atau BERA (Brainstem Evoked Response Auditory). Cara kerjanya dengan menggunakan komputer serta dibantu sejumlah elektroda yang ditempelkan di permukaan  kulit kepala bayi. "Anak diberi rangsang suara, kemudian direkam di komputer, hasilnya berupa data dalam bentuk grafik. Dari situlah akan  diketahui ambang dengarnya.
Pemeriksaan tersebut bertujuan  untuk memastikan  apakah  memang benar terjadi gangguan pendengaran, jenis gangguan pendengaran  serta letak kelainan yang menimbulkan gangguan pendengaran. Sehingga dapat dicari solusi terbaik untuk perawatan selanjutnya, dengan harapan anak bisa berkomunikasi dengan atau tanpa alat bantu dengar.Di Indonesia kini tengah digalakkan pemeriksaan pendengaran bayi sejak usia 2 hari. Semakin cepat dan tepat intervensi dilakukan. Hasilnya akan semakin baik.

2.    Metode OAE.
     OAE atau Oto Acoustic Emission adalah sebuah teknik pemeriksaan kohlea berdasarkan prinsip elektrofisiologik. Dengan OAE bisa diketahui apakah kohlea bisa berfungsi normal sebagai reseptor pendengaran. Cara kerja dari OAE adalah menggunakan komputer serta dibantu sejumlah elektroda yang ditempelkan di permukaan kulit bayi. Proses kerjanya adalah sang bayi diberikan rangsangan suara. Hasil dari rangsangan suara tadi yang berupa data dalam bentuk grafik kemudian direkam di komputer. Hasil dari data tersebut adalah ambang dengar dari sang bayi tersebut yang diberi satuan db (disabel).
     Dalam keadaan pendengaran normal, bunyi akan bergerak melalui salur telinga sampai gendang telinga. Suara dari salur telinga akan menimbulkan gelombang bunyi yang selanjutnya akan  menyebabkan gendang telinga bergetar dan tulang telinga bergerak. Gerakan akan  menyebabkan cecair telinga dalam (koklea) menggerakkan sel bulu. Dari sinilah, sel bulu akan mengubah gerakan menjadi isyarat elektrik dan  selanjutnya akan disampaikan ke saraf pendengaran otak, pada akhirnya, manusia akan  mendengar bunyi. Mengingat proses diatas, kita tahu betapa pentingnya koklea di dalam  telinga kita, jadi pemeriksaan dengan  metode OAE patut dicoba.
Pemeriksaan sejak dini harus dilakukan jika bayi memiliki beberapa faktor risiko. Antara lain riwayat keluarga dengan tuli kongenital (tuli bawaan/keturunan), riwayat infeksi pranatal (TORCHS = Toksoplasma, Rubela, Cytomegalo Virus, Herpes), bayi dengan kelainan anatomi telinga, bayi lahir dengan BBLR/Berat Badan lahir Rendah < 1500 gr, persalinan dengan tindakan (vakum), hiperbilirubinemia/bayi kuning, asfiksia berat (lahir tidak menangis).
            Terjadinya gangguan  pendengaran  akan berdampak pada keterlambatan bicara si anak kelak. Selain itu, orangtua haruslah  peka dengan  kondisi buah hatinya. Waspadai jika anak sulit menangkap pembicaraan pada lingkungan ramai, ucapan anak sulit dimengerti, anak bicara terlalu lemah/keras, kemampuan bicara yang tidak lengkap atau kata-katanya banyak yang hilang, nilai di sekolah turun terutama nilai bahasa Indonesia.
            Pesan dari beberapa ahli, "Bila kondisi anak tuli sebagian (hearing impaired) dan bukanlah tuli total (deaf), berarti fungsi pendengaran yang berkurang tersebut masih dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi dengan atau tanpa alat bantu dengar. Oleh karenanya sangat diperlukan deteksi dini, kalaupun  harus memakai alat bantu, tetap beri dukungan yang terbaik bagi anak." (ip)



E. Klasifikasi Anak Tuna Rungu
            Tuna rungu adalah iatilah yang menunjuk pada kondisi ketidakfungsian organ pendengaran atau telinga seorrang anak. Kondisi ini menyebabkan mereka mengalami hambatan atau keterbatasan dalam merespon bunyi-bunyi yang ada di sekitarnya. Tunarungu terdiri atas beberapa tingkatan kemampuan mendengar, yang khusus dan umum. Ada beberapa klasifikasi anak tuna rungu secara umum, yaitu :
1.      Klasifikasi umum
a.       The deaf, atau tuli, yaitu penyandang tunarungu berat dan sangat berat dengan tingkat kaetulian diatas 90 dB
b.      Hard of hearing, atau kurang dengar, yaitu penyandang tunarungu ringan atau sedang dengna tingkat ketulian 20 -90 dB
2.      Klasifkasi khusus
a.       Tunarungu ringan, yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat katulian 25 – 45 dB. Seorang yang mengalami tunarungu ringan, ia mengalami kesulitan untuk merespon suara-suara yang datangnya agak jauh. Pada kondisi demikian, anak secara psikologis sudah memerlukan perhatian khsusus dalam belajarnya disekolah,misalnya dengan menempatkan tampat duduk di bagian depan yang dekatnya dengan guru.
b.      Tunarungu sedang yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat ketulian 46 – 70 dB. Seorang yag mengalami ketunarunguan sedang, ia hanya akan mengerti percakapan apada jarak 3 – 5 feet secara berhadapan, tetapi tidak dapat mengikuti diskusi dikelas. Untuk anak yang mengalami ketunarunguan ini memerlkan adanya alat bantu denganr ( hearing aid ) dan memerlukan pembinaan komunikasi, persepsi bunyi dan irama.
c.       Tunarungu berat, yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat ketulian 71 - 90 dB. Seeorang yang mengalami ketunarunguan tingkat taraf berat, hanya dapat merespon bunyi-bunyi dalam jarak yang sangat dekat dan diperkeras. Siswa dengan kategori ini memerlukan alat bantu dengar dalam mengikuti pendidikannya disekolah. Siswa juga sangat memerlukan adanta pembinaan atau latiha komunikasi dan pengembangan bicaranya.
d.      Tunarungu sangat berat, yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat ketulian  90 dB keatas. Seeorang yang mengalami ketunarunguan tingkat sangat  berat ini sudah tidak dapat marespon suara sama sekali, tetapi mungkin masih bisa merespon melalui getaran suara yang ada. Untuk kegiatan pendidikan dan aktifitas yang lainnya, penyandang tunarungu ini lebih mengandalkan kemampuan visual atau penglihatannya.
F. Karakteristik anak tunarungu
            Tunarungu adalah istilah yang menunjuk pada kondisi ketidakfungsian organ pendengaran atau telinga seorang anak. Kondisi ini mentebabkan mereka memiliki karakteristik yang khas, berbeda dengan anak normal pada umumnya. Beberapa karakteristik anak tunarungu diantarnya adalah :
1.      Segi fisik
v  Cara berjalannya kaku dan agak membungkuk. Akibat terjadinya permasalahan pada organ keseimbangan telinga, menyebabkan anak tunarungu mengalami kekurangseimbangan dalam aktifitas fisiknya.
v  Pernafasannya pendek dan tidak teratur. Anak tunarungu tidak pernah mendengarkan suara-suara dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana bersuara atau mengucapkan kata-kata dengan intonasi yang baik, sehingga mereka juga tidak bisa mengatur pernafasannya dengan baik, khususnya dalam berbicara.
v  Cara melihanya agak beringas. Penglihatan merupakan salah sau indra yang paling dominan bagi anak penyandang tunarungu, dimana sebagian pengalamannya diperolah melalui penglihatan. Oleh karena itu, anak tunarungu dikenal sebagai anak visual, sehingga cara melihatnya selalu menunjukkan keingintahuan yang besar dan terlihat beringas.
2.  Segi bahasa
v  Miskin akan kosakata
v  Sulit mengartikan kata-kata yang mengandung ungkapan atau idiomatic
v  Tatabasanya kurang teratur
3.      Intelektual
v  Kemampuan intelektualnya normal. Pada dasarnya anak tunarungu tidak mengalami permasalahan dalam segi intelektual. Namun akibat keterbatasannya, dalam berkomuniksi dan berbahasa, perkembangan intelektualnya menjadi lamban.
v  Perkembangan akademiknya lamban karena adanya keterbatasan bahasa. Karena keterlambatab dari segi intelektual akibat adanya hambatan dalam berkomunikasi, maka dalam segi akademiknya juga mengalami keterlambatan.
4.      Sosial-emosional
v  Sering merasa curiga. Sikap ini terjadi akibat kelainan fungsi pendengarannya. Meraka tidak dapat memahami apa yang di sampaikan orang lain, sehingga anak tunarungu menjadi mudah merasa curiga.
v  Sering bersikap agresif.

G. Layanan Pada Anak Tunarungu
            Layanan pendidikan yang spesifik bagi anak tunarungu adalah terletak pada pengembangan persepsi bunyi dan komunikasi. Hallahan dan Kaufman, (1988) menyatakan bahwa ada tiga pendekatan umum dalam mengajarkan komunkasi anak tunarungu, yaitu :
Ø  auditory training
Ø  Speechreading
Ø  Sing language and finggerspelling
Ada beberapa cara dalam mengembangkan kemampuan komunikasi anak tunarungu yaitu :
a.       Metode oral, yaitu cara melatih anak tunarungu dapat berkomunikasi secara lisan ( verbal) dengan lingkungan orang mendengar. Dalam hal ini,perlu partisipasi lingkungan anak tunarungu untuk berbahasa secara verbal. Dapat pula diterpakan prinsip cybernetik yaitu menekankan perlunya suatu pengoyrolan diri. Setiap organ gerak bicara yang menimbulkan bunyi, di rasakan dan diamati sehingga hal itu akan memberikan umpan balik terhadap gerakanya yang akan menimbulkan bunyi selanjutnnya.
b.      Membaca ujaran atau dalam dunia pendidikan sering disebut dengan membaca bibir ( lip reading ) membaca ujaran yaitu suatu kegiatan yang mencajup pengamatan visual dari bentk dan gerak bibir lawan bicara sewaktu dalam proses bicara. Membaca ujaran mencakup pengertian atau pemberian makna pada apa yang di ucapkan lawan bicara diman ekspresi mmka dan pengetahuan bahasa turut berperan. Ada beberapa kelemahan dari membaca ujara itu sendiri yaitu :
a.       Tidak semua bunyi bahasa dapat dilaihat pada bibir
b.      Ada persamaan antara berbagai bentuk bunyi bahasa misalnya bahasa bilabial ( p, b, m), dental ( t, d, n) akan terlihat mempunyai bentuk yang sama pada bibir.
c.       Lawan icara harus berhadapan dan tidak terlalu jauh
d.      Pengucapan harus pelan dan lugas
c.       Metode manual
Metode manual yaitu cara mengajar atau melatih anak tunarungu berkomunikasi dengan isyarat atau ejaan jari. Bahasa manual atau bahasa isyarat mempunyai unsur gesti atau gerakan tangan yang ditangkap melalui  penglihatan atau suatu bahasa yang menggunakan modalitas gesti-visual.
d.      Ejaan jari.
Ejaan jari adalah penunjang bahasa isyarat dengan  menggunakan ejaan jari. Ejaan jari secara garis besar dapat di kelompokkan dalam 3 jenis, yaitu :
a.       Ejaan jari dengan satu tangan ( one handed )
b.      Ejaan jari dengan dua tangan ( two handed )
c.       Ejaan jari campuran dengan menggunakan satu tangan dan dua tangan.
e.       Komunikasi total
Komunikasi total ini merupakan upaya perbaikan dalam mengajarkan komunikasi pada anak tunarungu. Komunikasi total  merupakan cara berkomunikasi dengan menggunakan salah satu modus atau semua cara berkomunikasi yaitu penggunaan sistem syarat, ejaan jari, bicara, baca ujaran, amplifikasi, gesti, pantomimik, mengganbar dan menulis serta pemanfaatan sisa pendenganran dan kemempuan seseorang.

H. Fasilitas Anak Tunarungu Dalam Pendidikan
            Fasilitas anak tunarungu secara umum relatif sama dengan anak normal, seperti papan tulis, buku, buku pelajaran,alat tulis, sarana bermain dan olahraga. Oleh karena anak tnarngu mempunyai hambatan dalam mendengar dan berbicara, maka mereka memerlukan alat bantu khusus, antara lain :
a.      Audiometer
Adalah alat elektronik untuk mengukur taraf kehilangan pendengaran seseorang. Melalui audiometer, kita dapat mengetahui kondisi pendengaran anak utunarungu lainnya :
-          Apakah sisa pendengarannya di fungsionalkan melaui konduksi tulang atau konduksi udara.
-          Berapa desibel anak tersebut kehilangan pendengarannya
-          Telinga mana yang mengalami kehilangan pendengaran, apakah telinga kiri, kanan, atau keduanya
-          Pada frekuensi berapa anak masih dapat menerima suara
Ada 2 jenis audiometer, yaitu audiometer oktaf ( untuk mengukur frekuensi pendengaran : 125 - 250 – 500 - 1000 - 2000 - 4000 - 8000 Hz) dan audiometer kontinyu ( mengukur pendengaran 25 – 1200 Hz)
b.      Hearing Acids
Merupakan alat bantu dengar yang mempunyai 3 unsur utama yaitu : microphone, amlifier, dan receiver. Alat bantu ini labih cepat di gunakan bagi anak tunarungu yang kelainan pendengaran konduktif. Begitu pula alat bantu dengan akan lebih efektif jika di gunakan sesuai dengan program prndidikan yang sistematis yang diajarkan oleh guru-guru yang profesional yang mampu memadukan ilmu pengetahuan anak beerkebutuhan khusus dengan pengetahuan audiologi dan patologi bahasa.\
Anak tunarungu yang menggunakan alat bantu dengar diharapkan mampu memilih suar mana yang di perlikan dan mana bantuan mimik serta gerak bibir dari guru ( speech therapist ), maka anak tunarungu dapat berlatih menangkap artidari apa yang di ucapkan guru dan orang lain.
c.       Telephone Typewriter
Yaitu mesin telepon yang merupakan alat bantu anak tunarungu yang memungkinkan mereka mengubah pesan diketik menjadi tanda-tanda elektronik yang diterjemahkan secara tertulis.
d.       Mikro Komputer
Yaitu alat bantu khusus yang dapat memberikan informasi secara visual. Alat bantu ini sangat membantu anak tunarungu yang mengalami kelainan pendengaran berat. Keefektifan alat ini tergantung pada software dan materinya harus dapat dimengerti oleh anak tunarungu. Manfaat dari penggunaan mikro komputer adalah :
a.       Anak tunarungu dapat belajar mandiri, bebas tetapi bertanggung jawab
b.      Anak tunarungu dapat mengembangkan kreatifitas berfikir dengan mikro komputer
c.       Anak tunarungu dapat berkomunikasi interaktif dengan informasi yang ada dalam program mikrokomputer
e.       Audio Visual
Audiovisual dapat berupa fil, vidio-tapes, tv. Penggunaan audiovisual tarsebut sangat bermanfaat bagi anak tunarungu, karena mereka dapat memperhatikan sesuat yang di tampilkan sekalipun dalam kemampuan mendengar yang terbatas.
f.       Tape Recorder
Alat ini sangat berguna untuk mengontrol hasil uapan yang telah direkam, sehingga kkita dapat mengikuti perkembangan bahasa lisan anak tunarungu dari hari ke hari dan dari tahun ke tahun. Selain itu, alat ini sangat membantu anak tunarungu ringan dalam meyadarkan akan kelainan bicaranya, sehingga guru artikulasinya lebh mudah membimbing mereka dalam memperbaiki kemampuan bicara mereka. Tepe recorder juga dapat di gunakan untuk mengajar anak tunarungu yang belum bersekolah dalam mengenal gelak tawa, suara hewan, perbedaan antara suata tangisan dengan omelan,dsb
g.      Spatel
Spatel adalah alat bantu untuk  membetulkan posisi organ bicara, terutam lidah. Alat ini digunakan untuk menekan lidah, sehingga posisi lidah anak tunarungu benar ketika mereka berbicara.
h.      Cermin
Cermin dapat digunakan sebagai alat bantu tnarungu dalam belajar menguapkan sesuatu dengan artikulasi yang benar. Disamping itu, anak tunarungu dapat menyamakan ucapannya melalui cermin dengan  apa yang diucapkan oleh guru atau artikulator. Dengan itu, artikulator dapat mengontrol gerakan yang tidak tepat dari anak tunarngu, sehingga mereka menyadari dalam mengucapkan konsonan, vokal, kata-kata, kalimat secara benar

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN


A.    KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari penyusunan malakah ini adalah :
              a.         Anak tunarungu adalah seorang anak yang membutuhkan perhatian khusus dari guru maupun lingkungan sekitarnya untuk dapat berkembang secara optimal seperti anak normal pada umumnya
              b.         Dalam  pendidikan  sekarang  ini,guru telah  mampu  mengetahui karakteistik  anak tunarungu  serta mampu  memberikan  pelayanan dan fasilitas  khusus untuk mereka

A.    SARAN
Saran dalam penulisan makalah ini adalah :
a.       Hendaknya setelah guru mampu mendeteksi gangguan pada anak khususnya anak tunarungu, mereka mampu memberikan layanan atau bimbingan kepada mereka sehingga mereka tidak tertinggak jauh dengan anak normal lainnya.
b.      Guru yang baik adalah guru yang mampu memberikan perhatian khusus terhadap anak didiknya, terutama  bagi anak tunarungu ini. Disini guru bisa bekerjasama dengan orang tua dan lingkungan sekitar dimana anak itu tinggal


Tidak ada komentar:

Posting Komentar